Sepatah Kata Dari Penterjemah
Segala puji hanya bagi Allah semata, dan shalawat
dan salam semoga senantiasa dianugerahkan atas
Rasulullah dan atas keluarga beliau serta sahabat-
sahabatnya.
Amma ba’du :
Sebenarnya, sudah lama saya ingin menterjemah
buku kecil ini, yang penuh dengan bukti yang
akurat dari buku-buku pegangan kaum syi’ah.
Tatkala salah seorang ikhwan yang mulia
mengirim email kepada saya untuk minta dikirimi
makalah tentang syi’ah, disebabkan di kampusnya
sedang gencar-gencarnya dakwah syi’ah, maka
saya semakin terdorong untuk cepat-cepat
menterjemahkan buku ini, agar kerusakan aqidah
golongan yang sesat ini bisa diketahui oleh
masyarakat umum.
Tulisan ini insya Allah akan saya kirim lewat group
diskusi ini secara bertahap menjadi 16 edisi.
Terjemahan ini diizinkan untuk disebarluaskan
bagi siapa yang ingin menyebarkannya secara

cuma-cuma, asalkan tidak dirobah sedikitpun dari
tulisannya.
Akhirnya kepada Allah -lah kita memohon agar
kita semua diberi keikhlasan dalam beramal
shaleh, dan ditetapkan di atas agama-Nya yang
lurus, dianugerahkan niat yang baik, dan
pemahaman yang benar terhadap Al Quran dan
Sunnah sesuai dengan pemahaman sahabat. Serta
dijauhkan dari segala yang merusak akidah,
sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha
Dekat. Amiin.
Ditulis oleh :
Abu Abdillah Muhammad Elvi Syam, Lc.
di Hail, KSA

Maktabah Abu Salma al-Atsari
Pendahulu an
Segala puji hanya bagi Allah semata, dan shalawat
dan salam semoga senantiasa dianugerahkan atas
Rasulullah dan atas keluarga beliau serta sahabat-
sahabatnya.
Amma ba’du :
Sesunguhnya motivasi yang mendorong untuk
menulis makalah ini adalah apa yang terlihat
belakangan ini, yakni, semakin gencarnya
kegiatan Rafidhah (syi’ah) dalam mendakwahi
ajaran mereka setaraf dunia Islam, dan bahaya
terhadap agama islam yang dimiliki oleh golongan
yang keluar ini, serta kelengahan dari
kebanyakkan dari awam kaum muslimin terhadap
bahaya mereka, serta apa-apa yang terdapat
dalam akidah mereka berupa syirik, celaan
terhadap Al Quran, celaan terhadap para sahabat,
ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap para imam.
Sungguh penyusun telah bertekat untuk menulis
makalah ini, dan menjawab apa yang menjadi
problem dalam permasalahan ini secara ringkas,
mengikuti metode syeikh kita Syeikh Alaamah

abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin -semoga Allah
menjaganya- dalam kitab beliau ((At Ta’liiqaatu
‘Ala Matni Lum’atil ‘Itiqaad)), dan dengan cara
menukil dari buku-buku Rafidhah yang terkenal
dan tersohor di kalangan mereka, serta dari buku-
buku ahli sunnah dari kalangan para imam-imam
terdalulu dan belakangan, dimana mereka telah
membantah dan menerangkan kerusakan akidah
mereka yang berdiri atas kesyirikan, ghuluw
(sikap berlebih-lebihan), kedustaan, caci maki,
celaan, tikaman, dll.
Sesungguhnya penyusun telah berusaha dalam
makalah yang singkat dan kurang berharga ini,
untuk membuktikan kesalahan mereka dari buku-
buku mereka dan karangan-karangan yang
terpercaya di kalangan mereka, sebagaimana
perkataan Syeikh Ibrahim bin Sulaiman Al Jabhan
-semoga Allah menjaganya- : “Dari mulutmu aku
menghukummu wahai pemeluk syi’ah”.
Akhirnya, penyusun memohon kepada Allah ‘Ajja
wa Jalla semoga makalah ini bermanfaat bagi
orang-orang yang bisa memandang dengan baik,
sebagaimana firman Allah:
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang
mempunyai hati atau yang menggunakan

pendengarannya, sedang dia menyaksikannya ”
(Surat : Qoof, ayat : 37).
Dan penyusun mengucapkan terima kasih, kepada
setiap orang yang ikut menanam saham bersama
penyusun dalam menerbitkan buku kecil ini,
Wallahu ‘Alam, semoga Allah senantiasa
menganugerahkan shalawat dan salam atas
Rasulullah dan atas keluarga beliau serta sahabat-
sahabatnya.
Ditulis oleh :
Abdullah bin Muhammad As Salafi.

Kapan Munculnya Firqah Rafidhah?
Firqah ini tumbuh tatkala muncul seorang Yahudi
mendakwakan dirinya sudah masuk Islam,
namanya Abdullah bin Saba. Mendakwakan
kecintaan terhadap ahli bait, dan terlalu memuja-
muji Ali, dan mendakwakan, bahwa Ali punya
wasiat untuk mendapatkan khalifah, kemudian ia
mengangkat Ali sampai ke tingkat Ketuhanan, hal
ini diakui oleh buku-buku syi’ah sendiri.
Al Qummi berkata dalam bukunya “Al Maqaalaat
wal Firaq”
: “Ia mengakui keberadaannya, dan
1
menganggabnya orang pertama yang berbicara
tentang wajibnya keimaman Ali, dan raj’iyah Ali
,
2
dan menampakkan celaan terhadap Abi Bakr,
Umar dan Utsman serta seluruh sahabat, seperti
yang dikatakan oleh An Nubakhti di bukunya
“Firaqus Syi’ah”
. Sebagaimana Al Kissyi
3
mengatakan demikian juga di bukunya yang
dikenal dengan “Rijaalul Kissyi”
. Pengakuan
4
adalah tuan argumen (argumen yang akurat), dan
Lihat “Al Maqaalaat wal Firaq” oleh Al Qummi, hal : 10-21
1
Keyakinan bahwa Ali akan kembali ke dunia sebelum hari kiyamat
2
Lihat “Firaqus Syi’ah” oleh An Nubakhti, hal : 19-20
3
Lihat : apa yang dicantumkan oleh Al Kissyi dalam beberapa riwayat dari
4
Ibnu Saba dan akidah-akidahnya, lihat no : 170, 171, 172, 173, 174, dari hal :
106-108

mereka-mereka ini semuanya adalah syeikh-
syeikh besar Rafidhah.”
Al Baghdadi berkata : “Kelompok Sabaiyah adalah
pengikut Abdullah bin Saba yang telah berlebih-
lebihan (dalam memuji) Ali, dan mendakwakkan,
bahwasanya Ali adalah nabi, kemudian bersikap
berlebih-lebiahn lagi, sehingga ia mendakwakan
bahwasanya Ali adalah Allah.”
Al Baghdadi berkata juga : “Adalah ia (Abdullah
bin Saba) anak orang berkulit hitam, asal usulnya
adalah orang Yahudi dari penduduk Hirah
(Yaman), lalu mengumumkan keislamannya, dan
menginginkan agar ia mempunyai kerinduan dan
kedudukan di sisi penduduk negeri Kufah, dan ia
juga menyebutkan kepada mereka, bahwasanya ia
membaca di Taurat, bahwa sesungguhnya bagi
tiap-tiap nabi punya orang yang diwasiatkan, dan
sesungguhnya Ali adalah orang yang diwasiatkan
Muhammad Sholallahu ‘alaihi wassalam.”
Dan As Syahrastaani menyebutkan dari ibnu Saba,
bahwasanya ia adalah orang yang pertama kali
menyebarkan perkataan keimaman Ali secara nas
/ telah ditetapkan, dan ia menyebutkan juga dari
kelompok sabaiyah, bahwa kelompok ini adalah
firqah (golongan) yang pertama sekali
mengatakan masalah ghaibah
dan akidah
5
raj’iyah, kemudian syiah mewarisinya setelah itu,
meskipun mereka itu berbeda, dan pecahan
Keyakinan menghilangnya imam Askari yang mereka tunggu-tunggu
5

golongan mereka banyak. Perkataan tentang
keimaman dan kekhilafan Ali merupakan nas dan
wasiat, itu merupakan dari kesalahan-kesalahan
Ibnu Saba. Yang akhirnya syi’ah sendiri berpecah
menjadi golongan-golongan dan perkataan-
perkataan yang banyak sampai puluhan golongan
dan perkataan.
Begitulah syiah membuat bid’ah dalam perkataan
tentang keyakinan wasiat, raj’iyah, ghaibah,
bahkan perkataan menjadikan imam-imam
sebagai tuhan
, karena mengikuti Ibnu Saba orang
6
yahudi itu.
******
Ushul ‘Itiqad Ahli Sunnah Wal Jama’ah, Al Lalikaai, 1/22-23
6

Kenapa Syi’ah Dinamakan Dengan
Rafidhah?
Penamaan ini disebutkan oleh syeikh mereka Al
Majlisi dalam bukunya “Al Bihaar” dan ia
mencantumkan empat hadits dari hadits-hadits
mereka
.
7
Ada yang mengatakan : mereka dinamakan
rafidhah, karena mereka datang ke Zaid bin Ali bin
Husein, lalu mereka berkata : “Berlepas dirilah
kamu dari Abu Bakr dan Umar sehingga kami bisa
bersamamu!”, lalu beliau menjawab : “Mereka
berdua (Abu Bakr dan Umar) adalah sahabat
kakekku, bahkan aku setia kepada mereka”.
Mereka berkata : “Kalau begitu, kami menolakmu
(rafadhnaak) maka dinamakanlah mereka
Raafidhah (yang menolak), dan orang yang
membai’at dan sepakat dengan Zaid bin Ali bin
Husein disebut Zaidiyah
.
8
Ada yang mengatakan : mereka dinamakan
dengan Raafidhah, karena mereka menolak
Lihat buku : Al Bihaar, oleh Al Majlisi, hal : 68-96-97. (Dia ini merupakan
7
salah seorang tempat bertanya orang-orang rafidhah (syi’ah) untuk zaman-
zaman terakhir).
At Ta’liiqaatu ‘Ala Matni Lum’atil ‘Itiqaad, oleh : Syeikh Alaamah Abdullah bin
8
Abdurrahman Al Jibrin, -semoga Allah menjaganya-, hal : 108.

keimaman (kepemimpinan) Abu Bakr dan Umar
.
9
Dan dikatakan mereka dinamakan dengan
Rafidhah karena mereka menolak agama
.
10
******
Lihat : catatan kaki buku Maqaalaat Al Islamiyiin, oleh Muhyiddin Abdul
9
Hamid, (1/89).
Lihat : di buku Maqaalaat Al Islamiyiin, (1/89).
10

Rafidhah Terpecah Menjadi Berapa
Firqoh (Golongan)?
Ditemukan di dalam buku Daairatul Ma’arif
bahwasanya : golongan yang muncul dari cabang-
cabang syi’ah jauh melebihi dari angka tujuhpuluh
tiga golongan yang terkenal itu
.
11
Bahkan dikatakan oleh seorang rafidhah Mir Baqir
Ad Damaad
, sesungguhnya seluruh firqoh-firqoh
12
yang tersebut dalam hadits, yaitu hadits
berpecahnya umat ini menjadi tujuh puluh tiga
golongan, maksudnya adalah firqoh-firqoh syi’ah.
Dan sesungguhnya golongan yang selamat itu dari
mereka adalah golongan Imamiyah.
Al Maqrizi menyebutkan bahwa jumlah firqoh-
firqoh mereka itu sampai 300 (tiga ratus) firqoh
.
13
As Syahrastaani berkata : “Sesungguhnya
Rafidhah terbagi menjadi lima bagian : Al
Kisaaniyah, Az Zaidiyah, Al Imamiyah, Al Ghaliyah
dan Al Ismailiyah
.”
14
Daairatul Ma’arif, (4/67).
11
Dia adalah Muhammad Baqir bin Muhammad Al Asadi, termasuk tokoh
12
besar syi’ah
Dia adalah Al Maqrizi du Al Khuthath, ((2/351).
13
Al Milal wan Nihal, oleh As Syahrastani, hal :147
14

Al Baghdadi berkata : “Sesungguhnya Rafidhah
setelah masa Ali ada empat golongan : Zaidiyah,
Imamiyah, Ghulaah dan Kisaaniyah.

15
Perlu diperhatikan bahwa sesungguhnya Az
Zaidiyah tidak termasuk dari firqoh-forqoh
Rafidhah, kecuali kelompok Al Jarudiyah.
******
Al Farqu Bainal Firaq, oleh Al Baghdadi, hal : 41
15

Apakah dimaksud dengan akidah Al
Badaa’ yang diimani o leh Rafidhah?
Al Badaa’ yaitu bermakna tampak (muncul)
setelah sembunyi, atau bermakna timbulnya
pandangan baru. Al Badaa’ sesuai dengan kedua
makna itu, haruslah didahului oleh ketidaktahuan,
serta baru diketahui. Keduanya ini merupakan
suatu hal yang mustahil atas diri Allah, akan tetapi
orang Rafidhah (syiah) menisbatkan kepada Allah
sifat Al Badaa’.
Telah diriwayatkan dari Ar Rayaan bin Al Sholt, ia
berkata : “Saya telah mendengar Al Ridha berkata
: “Tidaklah Allah mengutus seorang nabi kecuali
mengharamkan khamar, dan mengakui bahwa
Allah itu memiliki sifat Al Badaa'”
. Dan dari Abi
16
Abdillah ia berkata : “Tidak pernah Allah diibadati
dengan sesuatu apapun seperti (mengibadatinya
dengan) Al Badaa’
. Maha Tinggi Allah dari hal itu
17
dengan ketinggian yang besar.
Lihatlah wahai saudaraku muslim, bagaimana
mungkin mereka menisbatkan kepada Allah
subhanahu wa ta’ala sifat jahal (ketidaktahuan),
sedangkan Dia mengatakan tentang diri-Nya :
Ushulul Kafi, hal :40
16
Ushulul Kafi, oleh Al Kulaini di kitab tauhid : 1/133
17

Artinya : “Katakanlah : Tidak ada seorang pun di
langit dan di bumi yang tahu ghaib kecuali Allah.”
Dan di sisi lain Rafidhah (syi’ah) meyakini bahwa
sesungguhnya para imam mengetahui seluruh
ilmu, dan tidak akan tersembunyi baginya sesuatu
apapun.
Apakah ini keyakinan Islam (akidah Islam) yang
dibawa oleh nabi Muhammad -Shallallahu ‘Alaihi
Wa Sallam- ??????

Apa Akidah Rafidhah Dalam Masalah
Sifat?
Adalah Rafidhah orang yang pertama kali
mengatakan tajsiim (bersifat seperti tubuh
manusia). Sungguh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah
menentukan bahwa sesungguhnya orang yang
melakukan kedustaan ini dari kalangan kaum
Rafidhah adalah Hisyam ibnul Hakam
, dan
18
Hisyam bin Salim Al Jawaliqi, Yunus bin
Abdurrahman Al Qummi, dan Abu Ja’far Al
Ahwal
.
19
Seluruh orang yang disebutkan tadi termasuk
syeikh-syeikh besar golongan Itsna Asyariyah
(Rafidhah), kemudian mereka menjadi pemeluk
paham Jahmiyah mu’athilah, sebagaimana
sekumpulan riwayat mereka menyifati Rabb
semesta alam dengan sifat-sifat negetif yang
mereka masukkan sebagai sifat yang tetap bagi
Allah. Dan sungguh Ibnu Babawaih meriwayatkan
lebih dari tujuhpuluh riwayat yang mengatakan
bahwa Allah Ta’ala, tidak disifiti dengan jaman,
tidak dengan tempat, tidak dengan
bagaimananya, tidak dengan gerak, tidak dengan
berpindah, tidak dengan sesuatupun dari sifat-
Minhaaj sunnah (1/20) oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah
18
‘Itiqadaat Firaqul Muslimin Wal Musyrikin, hal : 97
19

sifat tubuh, Dia bukan yang bisa diraba, bukan
bertubuh dan berbentuk.”
Maka syeikh-syeikh
20
mereka mengikuti jalan (metode) yang sesat ini
dengan menta’til (menghilangkan) sifat-sifat yang
tercantum dalam AlQuran dan sunnah.
Sebagaimana mereka mengingkari turunnya Allah
yang Maha Agung. Mereka mengatakan Al Quran
makhluk, mereka mengingkari ru’yah (melihat
kepada Allah) pada hari akhirat. Tercantum dalam
kitab “Biharul Anwar”, bahwasanya Abu Abdillah
Ja’far As Shodiq ditanya tentang Allah ta’ala,
apakah bisa dilihat pada hari akhirat? Beliau
berkata : “Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari
hal itu dengan ketinggian yang besar,
sesungguhnya pandangan tidak akan bisa
mencapai kecuali hal-hal yang mempunyai warna
dan bentuk, dan Allah yang menciptakan warna-
warni dan bentuk”.
Bahkan mereka mengatakan : “Jika seandainya
dinisbatkan kepada Allah sebagian sifat seperti
ru’yah, maka dihukum sebagai murtad,
sebagaimana yang didapatkan dari syeikh mereka
Ja’far Al Najfi di kitab “Kasyful Ghitho'” hal : 417.
Perlu diketahui bahwasanya melihat kepada Allah
pada hari akhirat adalah benar adanya dan sudah
konsisten dalam Kitab dan Sunnah tanpa meliputi
seluruhnya dan tanpa bagaimananya,
sebagaimana firman Allah :
At Tauhid, oleh Abu Babawaih, hal : 57
20

“Wajah-wajah pada saat itu berseri-seri, kepada
Rabbnya melihat” (Al Qiyamah : 22,23).
Dan dari sunnah apa yang tercantum dalam
Shahih Bukhari dan Muslim dari hadits Jarir bin
Abdillalh Al Bajali, berkata : “Adalah kami duduk-
duduk bersama Rasulullah, lalu beliau melihat
kepada purnama, pada malam empat belas, lalu
bersabda : “Sesungguhnya kalian akan melihat
Rabb kalian dengan mata telanjang, sebagaimana
kalian melihat ini (purnama), dimana kalian tidak
berdesakan melihatnya”
. Dan ayat-ayat serta
21
hadits-hadits dalam masalah itu banyak sekali,
yang tidak memungkinkan kita untuk
menyebutkannya.
22
******
Bukhari no : 544, dan Muslim no : 633
21
Lihat karangan-karangan Ahli Sunnah Wal Jamaah dalam menetapkan
22
ru’yah, seperti kitab Ar Ru’yah oleh Daruqutni, dan kitab imam Al Lalikai dan
lainnya

Apa Keyakinan Rafidhah (Syiah)
Terhadap Al Quran-ul Karim Yang Ada
Di Tengah-Tengah Kita Sekarang,
Padahal Allah Telah Berjanji Untuk
Menjaganya?
Sesungguhnya Rafidhah yang dinamakan pada
zaman kita sekarang ini dengan syiah,
mengatakan sesungguhnya Al Quran yang ada di
pada kita, bukanlah Al Quran yang telah
diturunkan kepada nabi Muhammad, akan tetapi
telah dirubah, ditukar, ditambah dan dikurangi.
Jumhur ahli hadits dari kalangan syi’ah meyakini
adanya pelencengan (perubahan) dalam Al Quran
seperti yang disebutkan oleh An Nuuri Al Tibrisi
dalam kitabnya “Fashlul Khithab Fi Tahrifil Kitabi
Rabbil Arbab”.
23
Dan Muhammad bin Ya’qub Al Kulaini berkata di
“Ushulul Kafi” di bawah Bab bahasan :
“Sesungguhnya tidak ada yang bisa
mengumpulkan Al Quran seluruhnya, kecuali para
iman” dari Jabir ia berkata : saya telah mendengar
Abu Ja’far berkata : “Tidaklah seseorang dari
manusia mendakwakan bahwasanya dia telah
mengumpulkan Al Quran secara keseluruhannya
Fashlul Khithab, oleh Hasan bin Muhammad Taqiyun Nuri Al Tibrisi, hal :
23
32

sebagaimana Allah telah menurunkannya, kecuali
ia itu adalah orang pendusta. Tidak ada yang
mempu mengumpulkannya dan menghafalnya
seperti yang telah diturunkan Allah kecuali Ali bin
Abi Talib dan para imam setelah mereka”.
Dan Ahmad Al Tibrisi dalam kitab “Al Ihtijaaj” dan
Al Mulla Hasan dalam tafsirnya “As Shaafi”
sesungguhnya Umar telah berkata kepada Zaid bin
Tsabit : Sesungguhnya Ali telah datang kepada
kita dengan membawa Al Quran, yang di
dalamnya tercantum aib-aib orang muhajirin dan
anshor.
Dan sungguh kami telah memandang untuk
mengumpulkan Al Quran dan menghilangkan
setiap apa-apa yang di dalamnya terdapat aib-aib
muhajirin dan anshr. Dan Zaid pun telah
memenuhinya untuk itu, kemudian berkata : “Jika
saya telah selesai dari (mengumpulkan) Al Quran
sesuai yang anda minta, lalu jelas atas saya akan
Al Quran yang dikumpulkannya (Ali), bukankah itu
menghancurkan setiap apa yang telah anda
kerjakan?
Maka berkata Umar : “Jadi bagaimana jalan
keluarnya? Berkata Zaid : Anda lebih tahu dengan
jalan keluarnya”, berkata Umar : Tiada jalan
keluar kecuai kita harus membunuhnya agar kita
lega darinya. Lalu ia pun merancang
pembunuhannya (Ali) lewat tangan Khalid bin

Walid, akan tetapi dia tidak mempu
melakukannya
.
24
Tatkala Umar menjadi khalifah, mereka (para
sahabat) meminta Ali untuk mendatangkan Al
Quran kepada mereka, agar mereka sama mereka
merubahnya. Lantas Umar berkata : Wahai Abul
Hasan, alangkah baiknya kalau seandainya kamu
membawa Al Quran yang pernah kamu bawa ke
hadapan Abu Bakr, agar kita bersatu atasnya. Lalu
Ali berkata : Tidak mungkin, dan tidak mungkin
ada jalan untuk itu, sebenarnya saya
membawanya ke hadapan Abu Bakr hanyalah
untuk menegakkan hujjah atasnya, agar kalian
tidak mengatakan pada hari kiamat
“Sesungguhnya kami akan hal ini dalam keadaan
lengah” (Al A’raf :172), atau agar kalian tidak
mengatakan; “Kamu tidak pernah
mendatangkannya kepada kami” (Al A’raf : 129).
Sesungguhnya Al Quran ini tidak ada yang
menyentuhnya kecuali orang-orang yang suci, dan
orang-orang yang diwasiatkan dari kalangan
anakku. Lalu berkata Umar : “Apakah ada waktu
untuk menampakkannya diketahui ? Lantas Ali
berkata : “Ya, jika telah bangkit seseorang dari
Lihatlah saudara seiman, alangkah kejinya kisah yang dibuat-buat oleh
24
kaum syiah terhadap para sahabat
i
anakku, ia akan menampakkannya dan membawa
manusia atasnya
.
25
Walau bagaimanapun orang syiah menampakkan
sikap berlepas dirinya terhadap buku An Nuri al
Tibrisi ini, demi mengamalkan akidah Taqiyah,
akan tetapi kitab itu terselubung dan tersimpan
dalam ratusan nas-nas (pernyataan-pernyataan)
dari ulama mereka dalam kitab-kitab yang diakui,
menetapkan hal itu, dan bahwasanya mereka
betul-betul yakin dengan perubahan itu, dan
beriman dengannya, akan tetapi mereka tidak
ingin timbul kehebohan sekitar akidah mereka ini
terhadap alquran.
Dan tinggal setelah itu, bahwa ada dua Al Quran,
yang pertama yang diketahui, dan yang lain
khusus, tersembunyi. Diantaranya surat Wilayah,
dan diantara yang didakwakan oleh syi’ah
Rafidhah, bahwa ada satu ayat telah dihapus dari
Al Quran yaitu :
“Dan kami telah menjadikan Ali sebagai
menantumu”, Mereka mendakwakan ayat ini
dihapus dari surat Alam Nasyrah, sementara
mereka tidak pernah malu dangan dakwaan
mereka ini, karena mereka mengetahui bahwa
surat itu adalah makkiyah, dan Ali belum menjadi
menantu Nabi saat di Mekah.
Al Ihtijaaj oleh Al Tibrisi hal :225, kitab Fashlul Khithab, hal : 7
25

Bagaimana Akidah Ra fidhah Terhadap
Para Sahabat Rasulullah?
Akidah Rafidhah berdiri atas caci maki, mencela
dan mengkafirkan para sahabat -semoga Allah
meridhoi para sahabat-. Al Kulaini menyebutkan di
“Furu’ Al Kafi” dari Ja’far ‘alaihi salam : “Manusia
menjadi murtad setelah Nabi (meninggal) kecuali
tiga orang, lalu aku bertanya : siapa tiga orang itu
? beliau berkata : Al miqdaad bin Aswad, Abu Dzar
Al Ghifari dan Salman Al Farisi
.
26
Al Majlisi dalam kitab “Haqqul Yakin” menyebutkan
: “Bahwasanya seorang budak Ali bin Husein
berkata kepadanya : saya mempunyai hak
pelayanan yang wajib atas dirimu, maka beritahu
aku tentang Abu Bakr dan Umar, lalu ia menjawab
: “Mereka berdua adalah orang kafir, dan orang
yang mencintai mereka maka ia orang kafir
juga.”
27
Furuu’ Al Kafi, oleh Al Kulaini, hal : 115
26
Haqqul Yakiin, oleh Al Majlisi, hal : 522. Di sini perlu di isyaratkan bahwa
27
sesungguhnya Ali bin Hasein dan Ahlu Bait semuanya berlepas diri dari
semua ini yaitu kedustaan yang diada-adakan oleh kaum Rafidah atas diri
mereka, semoga Allah memerangi kaum rafidhah, alangkah jeleknya
kedustaan yang mereka buat. (Insya Allah penterjemah akan membuat satu
edisi yang berisikan sikap Ahlul Bait terhadap para sahabat, yang akan
diambil dari buku-buku pegangan mereka sendiri, agar pembaca mengetahui

Dalam tafsir Al Qummi pada firman Allah (An Nahl
: 90) :
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku
adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran.”
Mereka mengatakan : al fahsyaa’ (keji) adalah
Abu Bakr, al-munkar adalah Umar dan baghyi
(kezoliman) adalah Utsman
.
28
Mereka mengatakan dalam buku mereka “Miftahul
Jinaan” : Ya Allah anugerahkanlah salawat atas
Muhammad dan atas keluarga Muhammad dan
laknatlah dua berhala kaum Quraisy dan dua yang
mereka sembah selain Allah
. dan dua thoghut
29
serta anak perempuan mereka berdua….dan
seterusnya
. Dan yang mereka maksudkan
30
sebenarnya mereka telah menyelisihi ahlul Bait sendiri dalam bersikap
terhadap para sahabat Rasul.)
Tafsir Al Qummi, hal : 218
28
Ketahuilah pembaca budiman : Mereka sendiri telah menjadikan kuburan
29
Kumaini sebagai tempat yang suci, dan mendirikan di atasnya bangunan
seperti Ka’bah sebagai tandingan Ka’bah kita yang mulia
Miftahul Jinaan, hal : 114. Lihat doa dua berhala Quraisy, insya Allah di
30
edisi ke 15

dengan itu adalah Abu Bakr, Umar, Aisyah dan
Hafshah.
Pada hari asyura (hari ke sepuluh bulan
Muharram), mereka membawa seekor anjing lalu
mereka namakan dengan umar, kemudian mereka
menghujani dengan pukulan pakai tongkat, serta
melontarnya dengan batu sampai mati, kemudian
mereka menghadirkan seekor anak kambing,
mereka beri nama dengan Aisyah, kemudian
mereka mulai mencabut bulunya, dan menghujani
dengan pukulan pakai sandal, sampai mati
.
31
Sebagaimana mereka merayakan hari
terbunuhnya Faruq Umar bin Khatab dan mereka
memberi nama pembunuh umar yaitu abu Lu’lu’ al
Majusi dengan nama Baba Syujaa’uddin (bapak)
pemberani agama (pahlawan agama)
, semoga
32
Allah meridhoi seluruh sahabat dan para ummul
mukminin.
Lihatlah wahai saudaraku muslim, alangkah
dengkinya dan alangkah kejinya golongan yang
keluar dari agama ini, tentang apa yang telah
mereka katakan terhadap manusia pilihan setelah
para nabi, yang mana Allah dan rasul-Nya telah
memuji mereka. Dan telah sepakat umat ini atas
keadilan (kelurusan dan keterpercayaan) dan
keutamaan mereka. Sejarah dan kenyataan pun
telah membuktikan dan menyaksikan serta
Tabdiidul Zhilaam wa tanbiihun Niyam, oleh Ibrahim Al Jabhaan, hal : 27
31
Abbas Al Qummi, ( Alkuna wal Alqaab) 2/55
32

perkara-perkara ini sudah merupakan
pengetahuan yang wajib diketahui (oleh setiap
umat) atas kebaikan, dan posisi mereka selalu di
depan serta jihad mereka dalam Islam.
******

Apa Segi Kesamaan Antara Yahudi
dengan Rafidhah?
Syeikh Islam Ibnu Taimiyah berkata : ”Bukti dari,
sesungguhnya bencana Rafidhah adalah bencana
Yahudi, hal itu terlihat pada :
Sesungguhnya orang Yahudi mengatakan :
Tidak boleh yang menjadi raja kecuali dari
keluarga nabi Daud, Rafidhah berkata : Tidak
boleh menjadi imam kecuali dari anak Ali.
Yahudi mengatakan : Tidak ada jihad di jalan
Allah sampai keluar Masehid Dajjal dan
diturunkan pedang. Orang Rafidhah
mengatakan : Tidak ada jihad di jalan Allah
sampai keluar Al Mahdi, dan datingnya
penyeru menyeru dari langit.
Orang Yahudi mengakhirkan (mengundurkan)
shalat sampai bintang bertebaran, begitu juga
orang Rafidhah mereka mengundurkan shalat
maghrib sampai bintang-bintang bertebaran,
padahal hadits mengatakan : “Senantiasa
umatku di atas fitrah, selama mereka tidak

mengakhirkan shalat maghrib sampai bintang
bertebaran
.
33
Orang Yahudi telah merubah taurat, begitu
juga orang Rafidhah, mereka telah merubah Al
Quran.
Orang Yahudi tidak memandang bolehnya
mengusap khuf (sepatu kulit yang menutupi
mata kaki), begitu juga orang Rafidhah.
Orang Yahudi membenci malaikat Jibril,
mereka mengatakan : Malaikat Jibril adalah
musuh kita dari kalangan malaikat. Begitu juga
orang Rafidhah, mereka mengatakan :
Malaikat Jibril telah salah menyampaikan
wahyu kepada Muhammad
.
34
Hadits diriwayatkan oleh : Ima m Ahmad : 4/147. 5/417, 422, Abu Daud, no :
33
418, dan Abnu Majah, no : 689, di dalam jawaid dikatakan : sanadnya hasan
(baik).
Ada juga suatu kelompok yang mengatakan yang aneh-aneh, mereka
34
mengatakan : sesungguhnya Jibril telah berkhianat, dimana ia menyampaikan
wahyu kepada Nabi Muhammad, sedangkan yang lebih utama dan lebih
berhak terhadap risalah adalah Ali bin Abi Thalib, oleh karena inilah mereka
mengatakan : telah berkhianat Amiin (malaikan jibril) dan ia telah menghalang
risalah sampai ke Haidari (Ali).
Wahai saudaraku muslim, bagaimana mungkin mereka menuduh Jibril Alaihi
salam telah berkhianat, sedangkan Allah telah menyifatinya dengan amanah
(terpercaya), sebagaimana Allah telah berfirman : Telah dibawa oleh Ruhul
Amiin (malaikat Jibril), dan firman-Nya : selalu taat kemudian terpercaya”.
Apakah yang akan anda katakan wahai muslin terhadap keyakinan yang
diimani oleh orang-orang rafidhah ini?

Begitu juga orang Rafidhah meyerupai orang
kristen pada satu ajaran nasrani yaitu, wanita-
wanita mereka tidak memiliki hak
mendapatkan mahar, akan tetapi hanya
bersenang-senang dengan mereka dengan
kesenangan, begitu juga orang Rafidhah,
mereka menikah dengan cara mut’ah, dan
mereka menghalalkan itu.
Orang yahudi dan kristen lebih utama dari
orang Rafidhah dengan satu sifat (yaitu) :
Orang yahudi jika ditanya : siapakah orang
yang terbaik di kalangan pemeluk agamamu?
Mereka menjawab : adalah sahabat-sahabat
Musa.
Orang Kristen jika ditanya : siapakah orang
yang terbaik di kalangan pemeluk agamamu?
Mereka menjawab : adalah Hawari (sahabat-
sahabat) Isa.
Orang rafidhah jika ditanya : siapakah orang
yang terburuk di kalangan pemeluk agamamu?
Mereka menjawab : adalah sahabat-sahabat
Muhammad.”
35
******
Minhaajus Sunnah, oleh syeikhul Islam Ibnu Taimiyah : 1/24
35

Apa Akidah Orang Rafidhah Te rhadap
Para Imam Mereka?
Rafidhah mendakwakan kema’suman (terjaga dari
dosa) bagi para imam, dan bahwasanya mereka
mengetahui hal ghaib. Dinukil oleh Al Kulaini
dalam Usulul Kafi : “Telah berkata Imam Ja’far as
Shodiq : “Kami adalah perbendaharaan ilmu Allah,
kami adalah penterjemah perintah Allah, kami
adalah kaum yang maksum, telah diperintahkan
untuk menta’ati kami, dan dilarang untuk
menentang kami, kami adalah hujjah Allah yang
kuat terhadap siapa yang berada di bawah langit
dan di atas bumi”
.
36
Al Kulaini meriwayatkan di Al Kafi : Bab
“Sesungguhnya para imam, jika mereka
berkehendak untuk mengetahui, maka mereka
pasti mengetahuinya”. Dari Jafar ia berkata :
“Sesungguhnya Imam jika ia berkehendak
mengetahui, maka ia pasti mengetahui, dan
sesungguhnya para imam mengetahui kapan
Usulul_Kafi, hal : 165. (marikita simak apa firman Allah yang menerangkan
36
tentang sifat nabi Muhammad, Allahberfirman dalam surat Al An’am ayat 50 :
(artinya) : “Katakanlah : “Aku tidakmengatakan kepadamu, bahwa
perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) akumengatakan yang
ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku
seorangmalaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan
kepadaku..”
( pent )

mereka akan mati, dan sesungguhnya mereka
tidak akan mati kecuali dengan pilihan mereka
sendiri.”
37
Khumaini yang celaka menyebutkan – dalam salah
satu tulisannya bahwa para imam lebih afdhal
(mulia) dari para nabi dan rasul, ia berkata –
semoga Allah menghinakannya : “Sesungguhnya
imam-imam kita mempunyai suatu kedudukan
yang tidak bisa dicapai oleh malaikat yang
didekatkan, dan tidak pula oleh nabi yang
diutus”
.
38
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : “Orang
Rafidhah mendakwakan sesungguhnya agama ini
diserahkan kepada pendeta-pendeta dan rahib-
rahib, maka yang halal itu adalah yang dihalalkan
mereka, dan yang haram itu adalah yang
diharamkan mereka, serta agama itu adalah apa
yang mereka syariatkan”.
39
Usulul Kafi, di dalam kitabulHujjah : (1/258). (mengetahui mati dan di mana
37
akan mati itu adalah rahasia yangtidak diketahui kecuali hanya Allah semata,
Allah berfirman dalam surat Lukmanayat 34, (artinya) : “Sesungguhnya
Allah, hanya pada sisi-Nya sajalahpengetahuan tentang Hari Kiamat; dan
Dia-lah Yang menurunkan hujan danmengetahui apa yang ada dalam rahim.
Dan tiada seorangpun yagn dapat mengetahui(denga pasti) apa yang akan
diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapatmengetahui di bumi
mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahi lagiMaha
Mengenal.”
( pent)
Hukumatul Islamiyah, Khumaini,(berarti para imam mereka lebih mulia dari
38
Rasulullah sendiri, apakah perkataanseperti ini boleh keluar dari mulut
seorang muslim yang memeluk agama Islam????
)
pent
Minhajus Sunnah, oleh SyeikhulIslam Ibnu Taimiyah (1/482).
39

Jika pembaca ingin melihat kekufuran, kesyirikan
dan ghuluw (sikap berlebih-lebihan mereka) –
semoga Allah melindungi kita- maka bacalah
syair-syair yang diungkapkan oleh syeikh mereka
zaman sekarang ini yaitu Ibrahim Al Amili,
terhadap Ali bin Abi Thalib -semoga Allah meridhai
Ali- :
Abu hasan, engkaulah hakikat Tuhan (yang
diibadati),
dan alamat kekuasaan-Nya yang tinggi.
Engkaulah yang menguasai ilmu ghaib,
maka mungkinkah tersembunyi bagimu
akan sesuatu yang hasul.
Engkaulah yang mengendalikan poros alam,
bagimu para ulamanya yang tinggi.
Bagimu amar (urusan) bila engkau menghendaki,
kau menghidupkan besok,
bila engkau menghendaki kau cabut ubun-
ubun.
Ali bin Sulaiman Al Mazidi mengutarakan syairnya
dalam memuji Ali bin Abi Thalib :
Abu Hasan engkaulah suami orang yang suci,
Dan (engkaulah) sisi tuhan yang diibadati
serta jiwa rasul.
Dan (engkaulah) pernama kesempuranaan dan
matahari akal,
(engkau) Hamba dari tuhan, dan engkaulah
yang Maha Raja.
Engkau dipanggil oleh nabi di hari kadir,

Dan telah menaskan atas dirimu sesuai
dengan kejadian Ghadir
Bahwasanya engkau bagi kaum mukminin adalah
amir (pemimpin),
dia telah mengkalungkan kepadamu buhul
kekuasaannya.
Kepadamulah kembalinya seluruh perkara,
dan engkaulah yang maha mengetahui
dengan kadungan dada.
Engkaulah yang akan membangkitkan apa yang
ada dalam kubur
Bagimulah pengadilan hari kiamat
berdasarkan kepada nas.
Engkaulah yang maha mendengar dan engkaulah
yang maha melihat
Engkau atas setiap sesuatu maha mampu.
Kalaulah tidak karena engkau, pasti bintang tidak
berjalan
Kalaulah tidak karena engkau, pasti planet
tidak berputar.
Engkaulah, dengan setiap makhluk mengetahui,
Engkaulah yang berbicara dengan ahli kitab.
Kalaulah tidak karena engkau, tidak mungkin
musa
akan diajak berbicara, Maha suci Dzat yang
telahmenciptakanmu
Engkau akan melihat rahasia namamu di jagat
raya,
Kecintaan terhadap dirimu seperti matahari
di atas kening.

Kebencian terhadap dirimu di wajah orang
yangmembenci,
Bagaikan peniup api, maka tidak akan
beruntung yangmembencimu.
Siapa itu yang telah ada, dan siapa itu yang ada,
Tidak para nabi dan tidak (pula) para rasul,
Tidak (pula) qalam lauh dan tidak (pula)
alamsemesta,
(kecuali) Seluruhnya adalah hamba-hamba
bagimu.
Wahai Abu Hasan wahai yang mengatur wujud,
(wahai) goa orang yang terusir, dan tempat
berlindungpendatang.
yang memberi minum pengagungmu pada hari
berkumpul(hari kiamat).
orang yang mengingkari hari berbangkit,
adalah orangyang mengingkarimu.
Wahai Abu Hasan wahai Ali yang gagah.
Kesetiaan padamu bagiku di dalam kuburku
sebagaitanda penunjuk,
Namamu bagiku dalam keadaan sempit
merupakan lambang
Dan kecintaan kepadamu adalah yang
memasukkanku kedalam surgamu
Dengan lantaran dirimu kemulian yang ada pada
diriku.
Bila datang perintah Tuhan yang Maha Mulia
Menyeru penyeru, berangkat-berangkat(kematian-
kematian).

Dan tidaklah mungkin engkau akan
meninggalkan orangyang berlindung
denganmu.
Apakah syi’ir seperti ini diucapkan oleh seorang
muslim yang memeluk agama Islam?, Demi Allah,
bahkan sesungguhnyaorang-orang jahiliyah (Kafir)
sekalipun belum pernah jatuh dalam kesyirikan
dankekufuran, terlalu muja-muji / ghuluw seperti
yang diperbuat oleh orang rafidhahcelaka ini.
40
******
Penterjemah melihat sendiribagaimana cara mereka membaca syair-syair
40
di kuburan baqi’ (madinah), dibacakandan dinyanyi-nyanyikan oleh kepala
regunya, yang lain menangis dan merapatseperti orang Yahudi meratap di
depan dinding mesjid Aqsha

Apa Akidah Raj’ah Yang Diimani Oleh
Orang Rafidhah?
Orang Rafidhah telah membuat bidah Raj’ah,
berkata Al Mufid : “Telah sepakat mazhab
Imamiyah atas wajibnya terjadi Raj’ah di
kebanyakan dari para orang yang telah mati”
.
41
Yaitu (yang mereka maksudkan dengan Raj’ah ini)
bangkitnya penutup imam-imam mereka, yang
bernama Al Qaaim pada akhir zaman, ia keluar
dari bangunan di bawah tanah, lalu menyembelih
seluruh musuh-musuh politiknya, dan
mengembalikan kepada syiah hak-hak mereka
yang dirampas oleh kelompok-kelompok lain
sepanjang masa (yang telah berlalu)
.
42
Berkata sayid Al Murtadho di dalam kitabnya “Al
Masail An Nashiriyah” : “Sesungguhnya Abu Bakr
dan Umar disalib pada saat itu di atas suatu pohon
di zaman Al Mahdi -yakni imam mereka yang
kedua belas- yang mereka beri nama Qaaim Ali
Muhammad (penegak keluarga Muhammad), dan
pohon itu pertamanya basah sebelum penyaliban,
lalu menjadi kering setelahnya
.
43
Awaailul Maqaalaat, oleh Al Mufiid, Hal : 51
41
Al Khuthuthul ‘Ariidhah, oleh Muhibbudin Al Khatiib, hal : 80
42
Awaailul Maqaalaat, oleh syeikh mereka yang bergelar Al Mufiid, Hal : 95.
43

Berkata Al Majlisi di dalam Kitab “Haqul Yakin”
dari Muhammad Al Baqir (berkata) : “Jika Al Mahdi
telah keluar, maka sesungguhnya ia akan
menghidupkan ‘Aisyah Ummul Mukminin dan ia
melaksanakan (menjatuhkan) hukum had (hudud)
atas diri Aisyah”.
44
Kemudian bagi mereka pemahaman Raj’ah ini
berkembang, dan mengatakan (berlakunya)
Raj’ah (kembali hidup) seluruh orang syiah dan
imam-imam mereka dan seluruh musuh mereka
bersama imam-imam mereka. Akidah khurafat ini
mengungkapkan rasa dengki yang tersembunyi di
dalam diri mereka, yang mereka mengungkapkan
rasa dengki itu dengan cerita dongeng seperti ini.
Dan adalah keyakinan ini merupakan sarana
(jembatan) yang diambil oleh orang-orang
Sabaiyah untuk mengingkari hari akhirat.
******
Haqul Yakiin, oleh Muhammad Al Baqir Al Majlisi, hal : 347.
44

Apa Akidah Taqiyah Menurut Orang
Rafidhah?
Taqiyah didefinisikan oleh salah seorang ulama
mereka zaman sekarang dengan ucapannya :
“Taqiyah yaitu kamu mengatakan atau melakukan
(sesuatu), berlainan dengan apa yang kamu
yakini
; untuk menolak bahaya dari dirimu atau
45
hartamu atau untuk menjaga kehormatanmu”
.
46
Bahkan mereka mendakwakan bawah
sesungguhnya Rasulullah telah melakukannya
(Taqiyah) tatkala Abdullah bin Ubai bin Salul
kepala orang-orang munafik meninggal, dimana
beliau datang untuk menyolatkannya, lalu Umar
berkata kepadanya : Tidakkah Allah telah
melarangmu dari hal itu? -yakni berdiri di atas
kuburan munafik ini-, lalu Rasulullah
menjawabnya : “Celaka kamu, kamu tidak tahu
apa yang saya ucapkan : sesungguhnya saya
mengucapkan : Ya Allah isilah perutnya dengan
Inilah hakikat kemunafikan, yaitu menampakkan sesuatu yang tidak sesuai
45
dengan apa yang dibatin, atau menampakkan keimanan dan
menyembunyikan kekafiran. Dengan kata lain, takiyah / nifak itu adalah lain di
mulut lain di hati. Itulah akidah orang syiah, maka hati-hatilah dari tipu
muslihat mereka,
.
( pent )
As Syi’ah fil Mizaan, oleh Muhammad Jawaad Mughniyah, hal : 48
46

api, dan penuhilah kuburannya dengan api dan
selalulah api membakar dirinya “.
47
Lihatlah wahai saudaraku muslim, bagaimana
mereka telah menyandarkan kepada diri
Rasulullah kedustaan. Apakah masuk akal, bahwa
para sahabat Rasulullah mendoakan rahmat
untuknya (Abdullah bin Ubai), sedangkan Nabi
melaknatnya?
Al Kulaini menukilkan di usul Kafi : ” Berkata Abu
Abdillah: “wahai Abu Umar sesungguhnya
sembilan per sepuluh (sembilan puluh persen)
agama ini terletak pada (akidah) Taqiyah, dan
tidak ada agama bagi orang yang tidak melakukan
Taqiyah, Taqiyah ada pada setiap sesuatu kecuali
di nabidz (korma yang direndam dalam air untuk
membuat arak) dan di dalam menyapu atas khuuf
(kaus atau kulit kulit).” Dan dinukilnya juga dari
Abi Abdillah ia berkata : “Jagalah agama kalian
dan tutuplah agama itu dengan Taqiyah, karena
tidak ada iman bagi orang yang tidak mempunyai
Taqiyah.”
48
Maka orang Rafidhah memandang Taqiyah itu
adalah fardu (wajib), tidak akan berdiri mazhab ini
kecuali dengan Taqiyah, dan mereka menerima
pokok-pokok mazhab secara sembunyi-sembunyi
dan terang-terangan. Mereka selalu
melaksanakannya Taqiyah itu terlebih-lebih, bila
Furuu’ul Kafii, kitab AL Janaaiz, hal : 188
47
Usuulul Kafii, hal : 482-483
48

konsisi yang sulit telah mengepung mereka, maka
hati-hatilah dari orang Rafidhah wahai kaum
muslimin.
******

Apa Keyakinan At-thiinah (Tanah)
Yang Diimani Oleh Orang Rafidhah?
Yang dimaksud dengan at thiinah (tanah) menurut
orang Rafidhah adalah tanah perkuburan Husain –
radhiallahu ‘anhu-. Salah seorang dari orang-
orang sesat mereka yang bernama Muhammad An
Nu’man Al Haritsi yang bergelar dengan “Syeikh Al
Mufid”, menukilkan di kitabnya “Al Mazaar” dari
Abi Abdillah ia berkata : “Di tanah perkuburan
Husain terdapat obat untuk segala penyakit dan ia
merupakan obat yang paling besar (ampuh)”.
Berkata Abdullah : “Oleskanlah di mulut bayi
kalian tanah (perkuburan) Husain”
Ia berkata : Telah dikirim kepada Abi Hasan Al
Ridha dari negeri Khurasan sebuah bungkusan
kain di antaranya terdapat segumpal tanah, maka
dikatakan kepada utusan itu : Apa ini? Ia berkata
: Tanah perkuburan Husain, tidaklah ia mengirim
sedikitpun dari bungkusan kain atau lainnya,
kecuali ia meletakkan di dalamnya tanah itu, dan
berkata tanah itu pengaman insya Allah.
Dikatakan kepadanya : Sesungguhnya seorang
laki-laki bertanya kepada Shadiq tentang
pengambilannya akan tanah perkuburan Husain,
maka Shodiq menjawab : “Apa bila kamu
mengambilnya maka ucapkanlah : “Ya Allah
sesungguhnya saya meminta kepadamu

disebabkan oleh hak malaikat yang telah
mengenggamnya (tanah ini), dan meminta
kepadamu, disebabkan oleh hak Nabi yang telah
menyimpannya, dan oleh hak Al Washi (Ali) yang
telah bersatu di dalamnya agar Engkau
melimpahkan Shalawat kepada Muhammad dan
atas keluarga Muhammad dan agar Engkau
menjadikannya obat penawar untuk seluruh
penyakit, dan pengaman dari seluruh ketakutan,
dan penjaga dari seluruh kejahatan.
Abu Abdillah ditanya tentang penggunaan dua
jenas tanah dari perkuburan Hamzah dan
pekuburan Husain serta mana yang paling utama
diantara keduanya, maka ia berkata : “Tasbih
yang dibuat dari tanah perkuburan Husain akan
bertasbih (sendirinya) ditangan, tanpa
(pemiliknya) bertasbih.”
49
Sebagaimana orang Rafidhah mendakwakan,
sesungguhnya orang syi’ah tercipta dari tanah
yang khusus dan orang Sunni tercipta dari tanah
yang lain, lalu terjadilah pengadukkan antara
kedua tanah tadi dengan cara tertentu, maka apa-
apa yang terdapat pada orang syiah dari
kemasiatan dan kejahatan, maka itu merupakan
pengaruh dari tanah sunni, dan apa-apa yang
terdapat pada orang sunni dari kebaikan dan
anamah, maka itu disebabkan oleh pengaruh
tanah syi’ah. Dan apabila pada hari Kiamat nanti,
Kitab Al Mazaar, oleh syeikh mereka yang bergelar “ Syeikh Al Mufid” hal :
49
125

maka kejelekan dan dosa-dosa orang syi’ah
diletakkan di atas Ahli Sunnah, dan kebaikan
(pahala) Ahli Sunnah akan diberikan kepada orang
syi’ah.
50
******
‘Ilal-As Syaraai’ hal : 490-491, Bihar Al Anwar : 5/247-248
50

Apa Akidah Orang Rafidhah Te rhadap
Ahli Sunnah?
Akidah orang Rafidhah berdiri di atas penghalalan
harta dan darah ahli sunnah. Al Shoduq di kitab
(Al ‘Ilal) meriwayatkan dengan sanadnya kepada
Daud bin Farqad, ia berkata : “Saya telah berkata
kepada Abi Abdillah : Apa yang anda katakan
terhadap An Naashib (Ahli Sunnah), ia berkata :
“Darahnya halal, akan tetapi saya berTaqiyah
atasmu, jika kamu mampu untuk membalikkan
dinding atas dirinya (ahli sunnah) atau
menenggelamkannya di laut, agar ia tidak akan
bersaksi atas dirimu, maka lakukanlah. Saya
berkata : Apa pandanganmu di hartanya? Ia
menjawab : “Ambillah semampumu”.
51
Bahkan orang syi’ah Rafidhah memandang, bahwa
kekafiran Ahli Sunnah lebih berat dari kekafiran
orang Yahudi dan Nasrani, karena mereka (Yahudi
dan Nasrani) menurut Rafidhah orang-orang kafir
asli, dan mereka ini (ahli sunnah) adalah kafir
murtad, dan kafir murtad lebih berat menurut
ijma’, oleh karena itu mereka (mau) berkerja
sama dengan orang-orang kuffar untuk melawan
Al Mahasin An Nafsaaniyah, Hal : 166.
51

kaum muslimin, hal itu seperti yang disaksikan
oleh sejarah.
52
Terdapat di dalam kitab “Wasaail As Syi’ah”
(diriwayatkan) dari Al Fudhail bin Yasaar, ia
berkata : saya telah bertanya kepada Abu Ja’far
tentang wanita ‘Arifah (yakni wanita bermazhab
Rafidhah) apakah saya menikahkannya dengan An
Nashib (ahli Sunnah)? Maka ia berkata : “Tidak;
karena Nashiba (ahli sunnah ) orang kafir.”
53
An Nawasib (orang-orang An Nasib) menurut
pemahaman Ahli sunnah adalah mereka yang
membenci Ali bin Abi Thalib –radhiallahu ‘anhu-,
akan tetapi menurut orang Rafidhah, mereka
menamakan Ahli sunnah dengan Nawashib (An
Nashib), karena mereka mendahulukan keimaman
Abu Bakr, dan Umar dan Utsman atas Ali, padahal
sesungguhnya mengutamakan Abu Bakr dan Umar
atas diri Ali telah terjadi sejak zaman Nabi,
dalilnya perkataan Ibnu Umar : “Adalah kami di
zaman rasulullah memilih di antara sahabat siapa
yang terbaik, maka kami memilih (orang yang
terbaik) Abu Bakr, kemudian Umar kemudian
Utsman”. (H.R. Bukhari), dan ditambah oleh At
Thabrani di Kitab “Mu’jam Al Kabir” : Nabi pun
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : “ Sesungguhnya orang Rafidhah
52
berkerjasama dengan orang-orang Tatar tatkala orang Tatar menyerang
negeri kaum Muslimin. (Fatawa : 35/151). Lihatlah kitab :Kaifa Dakhalat Tatar
Bilaadal Muslimin (Bagaimana orang Tatar (bisa) masuk ke negeri kaum
muslimin) oleh Dr. Sulaiman bin Hamd Al Audah
Wasaail As Syi’ah, oleh Al Hur Al ‘Amili (7/431), At Tahdzib (7/303)
53

mengetahui hal yang demikian dan tidak
mengingkarinya”. Dan bagi Ibnu Asaakir : “Adalah
kami mengutamakan Abu Bakr, dan Umar, dan
Utsman dan Ali”.
Imam Ahmad dan lainnya meriwayatkan dari Ali
bin Abi Thalib sesungguhnya ia berkata : “Sebaik-
baik umat ini setelah nabinya adalah Abu Bakr,
kemudian Umar, kalau aku berkehendak pasti aku
telah menyebutkan orang yang ketiga”. Berkata
Adz Dzahabi : Ini (Hadits ini) Mutawatir.”
54
******
At Ta’liiqaat ‘Ala Matan Lum’atil ‘Itiqaad, oleh Syeikh kita Al Allamah
54
Abdullah bin Jibrin –semoga Allah menjaganya-, hal : 91

Apa Keyakinan Orang Rafidhah
Tentang Nikah Mut ’ah? Dan Apa
Keutamaannya Menurut Mereka?
Nikah mut’ah mempunyai keutamaan yang agung
sekali di sisi orang Rafidhah –Al’iyaadzu billah-.
Tercantum dalam kitab “Manhaj As Shodiqin”
karangan Fathullah Al Kaasyaani dari As Shodiq
(menerangkan) bahwasanya nikah mut’ah itu
adalah dari ajaran agamaku dan agama bapak-
bapakku, dan orang yang melaksanakannya
berarti dia mengerjakan ajaran agama kita, dan
orang yang mengingkarinya berarti dia
mengingkari ajaran agama kita, bahkan ia
memeluk agama lain dari agama kita. Dan anak
(hasil) nikah mut’ah lebih mulia dari anak istri
yang tetap. Orang yang mengingkari nikah mut’ah
adalah kafir murtad.”
55
Al Qummi menukilkan di dalam kitab “Man Laa
Yahduruhu Al Faqiih” dari Abdulah bin Sinan dari
Abi Abdillah, ia berkata : “Sesungguhnya Allah
Tabaraka wa Ta’ala telah mengharamkan atas
golongan kita setiap yang memabukkan dari
sertiap minuman, dan telah mengganti mereka
dari hal itu dengan nikah mut’ah”
.
56
Manhaj As Shodiqiin, karangan Mulla Fathullah al Kasyaani, hal : 356
55
“ Man Laa Yahduruhu Al Faqiih” , hal : 330.
56

Orang Rafidhah tidak pernah menyaratkan
(membatasi) bilangan tertentu dalam nikah
mut’ah. Tercantum dalam kitab “Furuu’ Al Kafi”
dan At Tahdziib” dan “Al Istibshoor” dari Zaraarah,
dari Abi Abdillah, ia berkata : “Saya telah
menyebutkan kepadanya akan nikah mut’ah
apakah nikah mut’ah itu (terjadi) dari empat
(yang dibolehkan), ia berkata : nikahilah dari
mereka-mereka (para wanita) seribu,
sesungguhnya mereka-mereka itu adalah wanita
yang disewa (dikontrak). Dan dari Muhammad bin
Muslim dari Abi Ja’far sesungguhnya ia berkata
tentang nikah mut’ah : “Bukan nikah mut’ah itu
(dilakukan) dari empat (istri yang dibolehkan),
karena ia (nikah mut’ah) tidak ada talak, tidak
mendapat warisan, akan tetapi ia itu hanyalah
sewaan”
.
57
Bagaimana mungkin ini, padahal Allah telah
berfirman :
Artinya : “Dan orang-orang yang menjaga
kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka
atau budak yang mereka miliki; maka
Al Furuu’ min Al Kafii, (2/43), dan kitab “ At Tahdziib” (2/188).
57

sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
Barangsiapa mencari yang di balik itu maka
mereka itulah orang-orang yang melampaui
batas”. (Al Mukminun : 5-7).
Maka jelaslah dari ayat yang mulia ini bahwa
sesungguhnya apa yang dihalalkan dari nikah
adalah istri dan budak perempuan yang dimiliki,
dan diharamkan apa yang lebih dari (selain) itu.
Wanita yang dimut’ah adalah wanita sewaan,
maka ia bukanlah istri (yang sah), dan ia tidak
bisa mendapatkan warisan dan tidak bisa ditalak,
jadi dia itu adalah pelacur / wanita pezina –
wal’iyaadzubillah-.
Syeikh Abdullah bin Jibriin berkata : “Orang
Rafidhah berdalih dalam menghalalkan nikah
mut’ah dengan ayat di surat An Nisa’ yaitu firman
Allah :
Artinya : “Dan (diharamkan juga kamu
mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-
budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan
hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu.
Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian
(yaitu) mencari istri-istri dengan hartamu untuk
dikawini bukan untuk berzina. Maka istri-istri yang

telah kamu nikmati (campur) di antara mereka,
berikanlah kepada mereka maharnya (dengan
sempurna), sebagai suatu kewajiban;”. (An Nisa :
24).
Jawab : Sesungguhnya ayat ini semuanya dalam
masalah nikah; dari firman Allah ayat 19 di surat
An Nisa sampai 23, setelah Allah menyebutkan
wanita-wanita yang haram dinikahi karena nasab
dan sebab, kemudian Allah berfirman : Artinya :
“Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian.”
Maksudnya dihalalkan bagimu menikahi selain
wanita-wanita (yang disebutkan tadi) bila kamu
menikahi mereka untuk bersenang-senang yaitu
bersetubuh yang halal, maka berikanlah mahar
mereka yang telah kamu wajibkan untuk mereka,
dan jika mereka mengugurkan sesuatu dari
mahar-mahar itu berdasarkan dari jiwa yang baik
(keridhoan hati), maka tidak mengapa atas kamu
dalam hal itu. Beginilah ayat ini ditafsirkan oleh
jumhur (mayoritas) sahabat dan orang-orang
setelah mereka
.
58
Dari perkataan Syeikh Ibnu Jibrin semoga Allah mengangkat darajatnya,
58
adapun dalil dari Sunnah dalam mengharamkan nikah mut’ah adalah hadits
Ar Rafi’ bin Sirah Al Juhani, sesungguhnya bapaknya menceritakan
kepadanya bahwa sesungguhnya ia (bapaknya) bersama rasulullah, maka
beliau bersabda : wahai Manusia sesungguhnya saya pernah mengizinkan
untuk kalian bersenang-senang dengan perempuan (nikah mut’ah), dan
sesungguhnya Allah sungguh telah mengharamkan hal itu (nikah mut’ah)
sampai hari Kiamat, barangsiapa yagn memiliki seseorang wanita darinya
maka hendaklah ia melepaskannya, dan janganlah kalian mengambil

Bahkan di sisi (menurut) orang Rafidhah
perkaranya telah sampai menghalalkan
menyetubuhi wanita di lubang anusnya.
Tercantum dalam kitab “Al Istibshoor” dari Ali bin
Al Hakam ia berkata : “Saya telah mendengar
Shofwan berkata : “Saya telah berkata kepada Al
Ridha : Sesungguhnya seorang laki-laki dari
budak-budakmu memerintahkan saya untuk
menanyakan kepadamu akan suatu masalah,
maka dia takut dan malu kepadamu untuk
menanyakanmu, ia berkata : apa itu? Ia berkata :
Apakah boleh bagi laki-laki untuk menyetubuhi
wanita (istrinya) di lubang anusnya? Ia menjawab
: Ya, hal itu boleh baginya”
.
59
******
sedikitpun dari apa yang telah kalian berikan kepadanya.” (H.R. Muslim no :
1406).
Al Istibshoor, (3/243).
59

Apa Keyakinan Orang Ro fidhah
Terhadap Najaf Dan Karbala? Dan Apa
Keutamaan Menziarahinya Menurut
Mereka?
Orang syi’ah sungguh telah menjadikan tempat-
tempat perkuburan imam-imam mereka baik
imam dakwaan mereka belaka atau hakiki,
sebagai tempat yang haram dan suci (seperti
maram Makkah) : maka kota Kufah adalah haram,
Karbala haram, Qum haram. Dan mereka
meriwayatkan dari As Shidiq : “Sesungguhnya
Allah memiliki haram yaitu kota Mekkah, dan
Rasulullah memilik haram yaitu kota Madinah, dan
Amirul mukminin memiliki haram yaitu kota Kufah
dan kita memiliki haram yaitu Qum.
Karbala menurut mereka lebih afdhol (utama) dari
Ka’bah. Hal ini tercantum dalam kitab “Al Bihaar”
dari Abi Abdillah bahwasanya ia berkata :
“sesungguhnya Allah telah mewahyukan ke
Ka’bah; kalaulah tidak karena tanah Karbala,
maka Aku tidak akan mengutamakanmu, dan
kalaulah tidak karena orang yang dipeluk oleh
bumi Karbala (Husain), maka Aku tidak akan
menciptakanmu, dan tidaklah Aku meciptakan
rumah yang mana engkau berbangga dengannya,
maka tetap dan berdiamlah kamu, dan jadilah
kamu sebagai dosa yang rendah, hina, dina, dan

tidak congkak dan sombong terhadap bumi
Karbala, kalau tidak, pasti Aku telah buang dan
lemparkan kamu ke dalam Jahanam.
60
Dan tercantum juga di dalam kitab “Al Mazaar”
karangan Muhammad An Nu’man yang diberi gelar
dengan syeikh Mufid, di dalam Bab “Ucapan saat
berdiri di atas kuburan” yaitu orang yang
menziarahi kuburan Husain mengisyaratkan
dengan tangan kanannya sambil mengucapkan
doa yang panjang, diantaranya :
“Saya datang berziarahmu, untuk mencari
keteguhan kaki di dalam berhijrah kepadamu, dan
sungguh saya telah meyakini bahwasanya Allah
Jalla Tsanaauhu, dengan lantaranmu Dia
melapangkan kesulitan, dan dengan lantaranmu
Dia menurunkan Rahmat, dan dengan lantaranmu
Dia menahan bumi yang jatuh bersama
penduduknya, dengan lantaramu Allah
mengokohkan gunung-gunung di atas pondasinya,
dan sungguh saya telah menghadap (munajat)
kepada Rabbku, bahwa dengan lantaranmu wahai
tuanku untuk menyelesaikan hajat kebutuhan dan
keampunan dosa-dosaku.”
Dan tercantum dalam kitab “Al Mazaar” tentang
keutamaan kota Kufah, dari Ja’far Al Shodiiq ia
berkata : “Tempat yang paling mulia (utama)
setelah haram Allah dan haram rasul-Nya adalah
kota Kufah, karena kota Kufah Suci bersih, di sana
Kitab Al Bihaar : (10/107)
60

terdapat kuburan para nabi dan rasul dan ahli
wasiat yang jujur, dan di sana terlihat keadilan
Allah, dan di sana datang Qaimah (penegak) dan
pengegak-penegak setelahnya, Kota Kufah itu
tempat turunnya para nabi dan ahli wasiat serta
orang-orang yang sholeh
.
61
Lihatlah wahai pembaca yang budiman,
bagaimana mereka itu jatuh dalam kesyirikan,
karena mereka meminta kepada selain Allah
dalam menyelesaikan dan memenuhi hajat
kebutuhan, meminta dan memohon pengampunan
dosa-dosa kepada manusia, bagaimana mungkin
hal itu terjadi, sedangkan Allah telah berfirman :
“Siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain
dari pada Allah” (Ali Imran : 135).
Kita berlindung dengan Allah dari perbuatan syirik.
******
Kitab Al Mazaar, karangan Muhammad An Nu’man yang diberi gelar
61
dengan syeikh Mufid, hal : 99.

Apa Segi Perbedaan Antara Syi’ah
Rafidhah Dengan Ahli Sunnah?
Berkata : Nizhomuddin Muhammad Al ‘Azhomi di
dalam mukaddimah buku “Syiah dan Nikah
Mut’ah” : Sesungguhnya perbedaan antara kita
dengan mereka
bukanlah terpokus di perbedaan
cabang-cabang fikih, seperti masalah nikah mut’ah
saja, sama sekali tidak, sesungguhnya perbedaan
itu pada dasarnya adalah perbedaan dalam
masalah pokok-pokok prinsip, ya.. perbedaan
dalam akidah terpokus di beberapa point dibawah
ini :
1. Rafidhah mengatakan sesungguhnya Al Quran
dirubah (diselewengkan) dan kurang.
Sedangkan kita (Ahli Sunnah) mengatakan :
Sesungguhnya Al Quran adalah kalamullah
lengkap tanpa ada kekurangan, tidak pernah dan
tidak akan dihinggapi oleh penukarbalikan,
mengurangan dan perubahan sampai Allah
mewariskan bumi ini dan orang-orang yang ada di
atasnya (hari Kiamat), sebagaimana Allah
berfirman:

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-
Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya.” (QS. Al-Hijr : 9)
2. Rafidhah mengatakan sesungguhnya para
sahabat Rasulullah terkecuali beberapa orang,
telah murtad setelah rasulullah wafat, dan mereka
berbalik 180 derajat, dan mereka mengkhianati
amanah dan agama, terutama tiga orang khalifah;
As Shidiq (Abu Bakr), Al Faruq (Umar) dan Dzu
Nurain (Utsman), oleh karena itu mereka yang
bertiga ini menurut mereka (Rafidhah) adalah
termasuk orang yang paling bersangatan
kekufuran, kesesatan dan kesalahannya.
Sedangkan kita (Ahli Sunnah) mengatakan
sesungguhnya para sahabat Rasulullah adalah
sebaik-baik manusia setelah para nabi, dan
sesungguhnya mereka itu adalah adil (istiqomah)
seluruhnya, tidak pernah sengaja berdusta atas
nabi mereka, mereka orang-orang yang
terpercaya dalam menukilkan berita.
3. Rafidhah mengatakan sesungguhnya para imam
adalah imam-imam Rafidhah yang dua belas yang
ma’shum (terjaga dari dosa), mereka mengetahui
hal ghaib, dan mengetahui seluruh ilmu yang
dikeluarkan (diajarkan) kepada para malaikat,
para nabi dan para rasul, dan sesungguhnya
mereka mengetahui ilmu yang terdahulu dan
sekarang, dan tidak ada yang tersembunyi bagi
mereka sesuatu apapun, dan sesungguhnya
mereka mengetahui seluruh bahasa alam

semesta, dan sesungguhnya seluruh bumi ini
adalah milik mereka.
Sedangkan kita (Ahli Sunnah) mengatakan,
sesungguhnya mereka itu adalah manusia biasa
seperti manusia-manusia lainnya, tiada perbedaan
antara mereka, diantara imam-imam itu adalah
ahli fikih, ulama dan khalifah, dan kita tidak
menisbahkan kepada mereka apa yang tidak
pernah mereka katakan terhadap diri mereka
sendiri, bahkan kita berlepas diri darinya dan
mereka pun
(para imam) berlepas diri dari hal
itu.
62
******
Mukaddimah kitab As- Syi’ah wal Mut’ah, oleh Nizhomuddin Muhammad Al
62
‘Azhomi, Hal : 6.

Apa Keyakinan Orang Rafidhah Pada
Hari Asyura (Sepuluh Muharram) Dan
Apa Keutamaannya Menurut Mereka?
Sesungguhnya Rafidhah mengadakan perayaan
dan perkumpulan dan ratapan tangis, mereka
melakukan demonstrasi di jalan-jalan dan di
lapangan-lapangan umum. Mereka memakai
pakaian hitam tanda duka cita dalam
memperingati mati syahidnya Husain dengan
mengonsentrasikan pada sepuluh hari pertama
dari bulan Muharram di setiap tahun, dengan
keyakinan sesungguhnya perbuatan itu termasuk
dari sebaik-baik untuk mendekatkan diri kepada
Allah. Maka mereka memukul-mukul pipi mereka
dengan tangan mereka sendiri, memukul-mukul
dada dan punggung mereka. Mereka merobek-
robek baju sambil menangis dan berteriak-teriak
dengan menyeru : wahai Husain, wahai Husain.
Terlebih-lebih pada hari ke sepuluh setiap bulan
Muharram, bahkan mereka memukul diri mereka
sendiri dengan rantai besi dan pedang, seperti
yang terjadi di negeri-negeri yang dihuni oleh
Rafidhah seperti Iran.
Dan para ulama mereka mendorong mereka untuk
melakukan hal-hal yang bodoh ini dimana hal itu
menjadi bahan tawaan semua umat. Sungguh
salah seorang dari pembesar mereka yaitu

Muhammad Hasan Alu Kasyif al Ghatha, telah
ditanya tentang apa yang dilakukan oleh pengikut
golongannya seperti menukul dan menampar
wajah…. dst, ia berkata : sesungguhnya ini
termasuk dari mengagungkan syiar-syiar Allah :
63
“Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar
Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari
ketaqwaan hati”. (QS. 22:32)
******
Perbuatan yang bodoh dan lucu ini dilakukan mereka setiap tahun. Dan
63
ketahuilah sesungguhnya Nabi telah melarang di dalam hadits yang shahih
yang dikeluarkan oleh Muslim dengan no : 103, melarang menampar wajah
(pipi) dan merobek baju…, akan tetapi orang Rafidhah -semoga Allah
mempermalukan mereka- membuang hadits ini jauh-jauh, karena mereka ini
adalah firqah (golongan) yang paling pendusta terhadap Rasulullah.

Apakah Keyakinan Orang Rafidhah
Tentang Bai’at
Orang Rafidhah menganggap setiap pemerintahan
selain pemerintahan Itsna ‘Asyara (syi’ah Itsna
“asyarah/ Imammiyah/ Rafidhah) adalah
pemerintahan yang batil (tidak sah). Diriwayatkan
di dalam kitab “Al Kaafii” dengan syarahan
(uraian) Al Mazandaraani dan di dalam kitab Al
Ghaibah oleh An Nu’mani, dari Abi Ja’far, ia
berkata : “Setiap bendera yang diangkat
(dikibarkan) sebelum bendera Al Qaaim -Mahdinya
orang Rafidhah- maka pemiliknya adalah
thoghut”.
64
Dan tidak boleh menta’ati seorang hakim yang
bukan dari Allah, kecuali dengan cara Taqiyah
(kemunafikan), penguasa yang absolut dan zholim
tidaklah pantas untuk menjadi pemimpin, dan
setiap pemimpin yang bersifat yang serupa
dengan itu. Seluruhnya gelar itu mereka
memberikan nama itu kepada penguasa kaum
muslimin yang bukan dari imam-imam mereka,
orang paling utama dari mereka itu adalah
khulafaurasyidin -semoga Allah meridhoi mereka-
yaitu : Abu Bakr, Umar dan Utsman.
Kitab “Al Kaafii” dengan syarahan (uraian) Al Mazandaraani, dan lihat kitab
64
Al Bihaar (25/113).

Tokoh Rafidhah Al Majlisi, dimana ia merupakan
salah seorang dari orang-orang yang sesat dari
mereka, pengarang kitab “Bihaarul Anwar”,
berkata tentang tiga orang khalifah rasyidin :
“Sesungguhnya mereka tiada lain kecuali
perampas yang zholim, murtad dari agama,
semoga laknat Allah atas mereka dan terhadap
orang-orang yang mengikuti mereka di dalam
menzholimi ahlu bait dari pertama sampai
terakhir”.
65
Inilah yang dikatakan oleh imam mereka Al Majlisi
yang kitabnya dikatagorikan ke dalam reffrensi
mereka (rujukan) yang pokok dan terpenting
dalam hadits mengenai umat yang paling mulia
setelah para rasul dan nabi.
Berdasarkan kepada keyakinan mereka terhadap
khilifah kaum muslimin, maka mereka
menganggap setiap orang yang bekerjasama
dengan mereka adalah thoghut dan zholim. Al
Kulaini meriwayatkan dengan sanadnya dari Umar
bin Hanzholah, ia berkata : “Saya telah bertanya
kepada Abu Abdillah tentang dua orang dari
golongan kita, di antara mereka berdua terjadi
perselisihan dalam masalah agama atau harta
warisan, lalu mereka berdua berhukum (minta
diselesaikan secara hukum) kepada penguasa dan
kepada hakim, apakah hal itu halal? Ia berkata :
barangsiapa berhukum (meminta diselesaikan
secara hukum) kepada mereka, dengan kebenaran
Kitab Al Bihaar oleh Al Majlisi (4/385).
65

atau kebatilan, maka sesungguhnya mereka
berhukum kepada thoghut, dan apa yang telah
diputuskan untuknya sesungguhnya yang ia ambil
adalah harta haram, walaupun sebenarnya itu
haknya, karena ia telah mengambilnya dengan
hukum thoghut”.
66
Berkata Khumaini yang celaka -semoga Allah
menghukumnya dengan hukum sepantas dan
setimpal- dalam mengomentari pembicaraan
mereka ini : “Imam itu sendiri dilarang untuk
merujuk kepada penguasa-penguasa dan hakim-
hakim mereka, dan merujuk kepada mereka
dikatagorikan merujuk kepada thoghut.”
67
******
Kitab “Al Kaafii” oleh Al Kulaini (1/67), kitab At Tahdziib (6/301) dan kitab
66
Man Laa Yahsuruhu Al Faqiih : (3/5).
Al Hukumaatul Islamiyah, hal : 74.
67

Apakah Hukum Usaha Mendekat kan
Antara Ahli Sunnah Yang Bertauhid
Dengan Ra fidhah Yang Musyrik?
Saudaraku pembaca yang budiman, saya
cukupkan saja dalam masalah ini, dengan
mencantumkan tulisan dari tulisan-tulisan DR.
Nashir AL Qafari di dalam kitabnya : “Masalah At
Taqriib”, yaitu tulisan yang ke tujuh, dimana
beliau berkata -semoga Allah menjaganya :
“Bagaimana mungkin mendekatkan antara orang
yang mencaci kitab Allah dan menafsirkannya
tidak sesuai dengan tafsirannya, dan
mendakwakan turunnya kitab-kitab ilahi (wahyu)
kepada imam-imamnya setelah Al Quranul Karim?,
dan ia memandang keimaman itu adalah
kenabian, para imam baginya seperti para nabi
dan bahkan lebih mulia, dan ia menafsirkan
mengibadati Allah semata yang mana itu adalah
inti dari misi (ajaran) para rasul seluruhnya tidak
sesuai dengan maknanya yang hakiki, dan
mendakwakan bahwa sesungguhnya ibadah itu
adalah ta’at kepada para imam. dan
sesungguhnya syirik kepada Allah adalah mentaati
selain mereka (para imam) bersama mereka, ia
mengkafirkan orang-orang yang terbaik dari para
sahabat rasulullah, dan mengkliem seluruh para
sahabat dengan murtad, kecuali tiga atau empat

atau tujuh sesaui dengan perbedaan riwayat
mereka. Dan orang ini (orang Syiah) tampil
berbeda dengan keganjilan dari jamaah kaum
muslimin dengan masalah-masalah akidah dan
keyakinan di dalam keimaman, kemaksuman
(terjaga dari dosa), Taqiyah (kemunafikan), dan
mengatakan Raj’ah (imam kembali ke dunia), Al
qhaibah (menghilangnya As Kaari) dan Al
Bada’
.”
68
69
******
Defenisi ini lihat kembali edisi-edisi yang telah berlalu, diantaranya edisi : 2,
68
6 dan 7.
“Masalah At Taqriib” DR. Nashir AL Qafari (2/302).
69

Apakah Perkataan Para Imam
Terdahulu Dan Belakang Tentang
Rafidhah (Syi’ah)?
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah telah berkata: “Dan
sungguh telah sepakat ahli ilmu dalam bidang
naql, riwayat dan sanad, bahwasanya Rafidhah
adalah yang paling pendusta dari kalangan
kelompok-kelompok (yang sesat), berbohong
terdapat dalam diri mereka sudah sejak lama, oleh
karena inilah para imam-imam Islam
menggelarkan keistimewaan mereka dengan
sering (banyak) berdusta.
Asyhab bin Abdul Aziz telah berkata : Imam Malik
telah ditanya tentang Rafidhah, maka beliau
menjawab : Janganlah kamu berbicara dengan
mereka, dan janganlah mengambil riwayat dari
mereka, sesungguhnya mereka itu orang-orang
yang berdusta (pembohong).
Dan berkata Imam Malik : orang yang mecaci
maki para sahabat Rasulullah, maka ia tidak
berhak mendapatkan nama, atau tempat di dalam
Islam.
Berkata Ibnu Katsir di dalam firman Allah :

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-
orang yang bersama dia adalah keras terhadap
orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama
mereka: kamu lihat mereka ruku’ dan sujud
mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-
tanda meraka tampak pada muka mereka dari
bekas sujud.Demikianlah sifat-sifat mereka dalam
Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu
seperti tanaman mengeluarkan tunasnya maka
tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu
menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas
pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan
kekuatan orang-orang mu’min)”. (Al Fath : 29).
“Dari ayat ini, maka Imam Malik menyimpulkan di
dalam satu riwayat darinya, dengan mengkafirkan
orang-orang rafidhah dimana mereka membenci
para sahabat, beliau berkata : “Karena para
sahabat menjengkelkan hati mereka (orang-orang

rafidhah), barangsiapa yang dijengkeli oleh para
sahabat maka ia adalah kafir oleh ayat ini”.
Al Qarthubi telah berkata : “Sungguh Imam Malik
telah berbuat baik dalam ucapannya dan ia telah
benar dalam menafsirkannya, maka barangsiapa
mencela seorang saja dari mereka atau mencela
riwayatnya maka ia sungguh telah membantah
Allah Rabb semesta alam, dan telah
menggugurkan syari’at-syari’at kaum muslimin.”
70
Abu Hatim telah berkata : ” Telah menceritakan
kepada kami Harmalah, ia berkata : Saya telah
mendengar Imam Syafi’i berkata : “Saya belum
pernah melihat seseorang yang lebih mudah
bersaksi dengan kepalsuan daripada Rafidhah”.
Muammil bin Ahab telah berkata : “Saya telah
mendengar Yazid bin Harun berkata : “Ditulis
(riwayat hadits) dari setiap pelaku bid’ah bila tidak
mengajak ke bid’ahnya, kecuali Rafidhah,
sesungguhnya mereka itu pendusta.”
Dan Muhammad bin Sa’ad Al Ashbahaani telah
berkata : “Saya telah mendengar syeikh Syuraik
berkata : “Ambillah ilmu itu dari setiap orang yang
kamu jumpai kecuali Rafidhah, sesungguhnya
mereka membuat-buat (memalsukan) hadits, dan
mereka menjadikan hal itu sebagai agama”.
Syuraik ini adalah Syuraik bin Abdullah Qodhi
(hakim) kota Kufah.
Ushul Madzhab As Syi’ah Al Imamiyah Al Itsna Asyara, oleh Dr. Nashir AL
70
Qafaari, (3/1250).

Mu’awiyah telah berkata : “Saya telah mendengan
Al ‘Amasy berkata : Saya menjumpai sekelompok
manusia, dan mereka tidaklah menyebutkan
tentang mereka (rafidhah) kecuali (digolongkan
kepada) orang-orang sangat pembohong”,
maksudnya (mereka pembohong itu) adalah
pengikut AL Mughirah bin Sa’id yang bermadzhab
rafidhah lagi pendusta, seperti yang disifati oleh
imam Adz Dzahabi.
71
Syeikhul Islam telah berkata dalam mengomentari
apa yang dikatakan oleh para imam salaf : “Dan
adapun Rafidhah asal usul bid’ah mereka diambil
dari Zindiq dan kufur serta unsur kesengajaan,
kebohongan banyak sekali di tengah-tengah
mereka, dan mereka mengakui hal itu, dengan
mengatakan : Agama kita adalah Taqiyah, yaitu
salah seorang dari mereka mengucapkan dengan
lidahnya berbeda dengan apa yang ada di hatinya.
Dan inilah hakikat kebohongan dan kemunafikan,
maka mereka dalam hal itu sebagaimana pepadah
: “Ia telah melemparku dengan penyakitnya lalu ia
lari”.
72
Berkata Abdullah bin Ahmad bin Hambal : Saya
telah bertanya kepada bapakku tentang Rafidhah,
maka ia mengatakan : “Yaitu orang-orang yang
mencaci maki atau mencela Abu Bakr dan Umar”.
Dan Imam Ahmad ditanya tentang Abu Bakr dan
Umar, maka ia menjawab : Doa’kanlah mereka
Minhaajus Sunnah, oleh Syeikhul Islam Ibnu Timiyah, (1/59-60).
71
Minhaajus Sunnah, oleh Syeikhul Islam Ibnu Timiyah, (1/68).
72

berdua agar diberi rahmat, dan berlepas dirilah
dari orang yang membenci mereka berdua”.
73
Al Khallal meriwayatkan dari Abu Bakr Al Marwazi,
ia berkata : Saya telah bertanya kepada Abu
Abdillah (Imam Ahmad) tentang orang yang
mencaci maki Abu Bakr dan Umar serta ‘Aisyah,
maka ia berkata : “Saya tidak memandangnya di
dalam Islam (artinya orang yang mencaci itu telah
keluar dari Islam-pent).
74
Al Khallal meriwayatkan, ia berkata : Saya telah
diberi tahu oleh Harb bin Ismail Al Karmaani, ia
berkata : Telah bercerita kapada kami Musa bin
Harun bin Ziad, ia berkata : saya telah mendengar
Al Firyaabi sedangkan seorang laki-laki bertanya
kepadanya tentang orang yang mencaci maki Abu
Bakr, ia berkata : Kafir. Lalu ia berkata lagi,
apakah disolatkan? Ia berkata: Tidak.”
Ibnu Hazam telah berkata : tentang Rafidhah
tatkala ia berdebat dengan orang Kristen, dan
orang-orang memberikan kepadanya kitab-kitab
Rafidhah untuk bantahan terhadapnya (Ibnu
Hazam dan berkata) : sesungguhnya Rafidhah
bukanlah kaum muslimin, dan perkataan mereka
bukanlah argumen terhadap agama, akan tetapi
Rafidhah itu hanyalah suatu golongan, mula
Al Masail dan Al Rasail Al Mawiyah ‘An Imam Ahmad bin Hambal, oleh
73
Abdul Ilah bin Sulaiman Al Ahmadi, (2/357).
As Sunnah oleh Khalal (3/493). Ini merupakan pernyataan yang jelas dari
74
imam Ahmad dalam menghukum kafir orang Rafidhah.

terjadinya kira-kira duapuluh lima tahun setelah
Nabi Wafat, dan permulaannya adalah merespon
pangilan orang yang hampir masuk islam dari
orang-orang yang dihina Allah. Rafidhah itu adalah
kelompok yang berjalan atas jalan ajaran Yahudi
dan Nasrani dalam kebohongan dan kekufuran.”
75
Abu Zur’ah Ar Raazi berkata : “Bila kamu melihat
seseorang yang mencaci salah seorang dari para
sahabat Rasulullah, maka ketahuilah
sesungguhnya dia itu Zindiq.”
Lajnah Daimah Lil Iftak (Lembaga Tetap untuk
Fatwa) di Kerajaan Saudi Arabia pernah ditanya
dengan satu pertanyaan, dalam pertanyaan itu
penanya mengatakan bahwa ia dan sekelompok
teman bersamanya berada di perbatasan utara
berdekatan dengan cek point negara Iraq. Di sana
ada sekelompok penduduk yang bermadzhab Al
Ja’fariyah, dan diantara mereka (kelompok
penanya) ada orang yang enggan untuk memakan
sembelihan penduduk itu, dan diantara mereka
ada yang makan, maka kami bertanya: Apakah
halal bagi kami untuk memakan sembelihan
mereka, ketahuilah sesungguhnya mereka berdoa
minta tolong kepada Ali, Hasan dan Husain serta
seluruh pemimpin-pemimpin mereka di dalam
keadaan sulit dan keadaan lapang ? Lalu Lajnah
(lembaga) yang diketuai oleh Syeikh Abdul ‘Aziz
bin Abdullah bin Baz dan (anggota-anggotanya);
Syeikh Abdul Razaq ‘Afifi, Syeikh Abdullah bin
Al Fashlu Fi Al Milal wa An Nihal, oleh Ibnu Hazam (2/78).
75

Ghudayan, dan Syeikh Abdullah bin Qu’uud,
semoga Allah memberi pahala kepada mereka
semua.
Jawabannya : Segala puji bagi Allah semata, dan
shalawat dan salam semoga dianugerahkan
kepada rasul-Nya dan keluarga beliau serta
sahabat-sahabatnya, dan adapun selanjutnya:
Jika permasalahannya seperti yang disebutkan
oleh penanya, bahwa sesungguhnya jamaah
(kelompok) yang memiliki ajaran Ja’fariyah,
mereka berdo’a dan meminta tolong kepada Ali,
Hasan dan Husain serta pemimpin-pemimpin
mereka, maka mereka itu adalah orang-orang
musyrik murtad, kelaur dari agama Islam, semoga
Allah melindungi kita dari itu, tidaklah halal
memakan sembelihan mereka, karena sembelihan
itu adalah bangkai, walaupun mereka menyebut
nama Allah saat menyembelihnya.”
76
Syeikh Abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin
ditanya, soal itu berbunyi : wahai syeikh yang
mulia, di negeri kami terdapat seorang rafidhah
(bermadzhab syi’ah rafidhah) bekerja sebagai
tukang sembelih, maka ahlusunnah datang
kepadanya untuk menyembelih sembelihan
mereka, dan begitu juga sebagian rumah makan,
bekerja sama dengan orang rafidhah ini, dan
dengan rafidhah lainnya yang berprofesi sama,
apakah hukumnya bertransaksi atau berkoneksi
Fatwa Lajnah Daimah Lil Iftak, (2/264).
76

dengan orang rafidhah ini dan semisalnya? Apakah
hukum sembelihannya, apakah sembelihannya
halal atau haram, berikanlah kepada kami fatwa,
semoga syeikh diberi pahala oleh Allah.
(Beliau menjawab) Wa’alaikum salam
warahmatullah wabarakatuh wa ba’du: Tidaklah
halal sembelihan orang rafidhah, dan juga
memakan sembelihannya, sesungguhnya orang
rafidhah pada umumnya adalah orang-orang
musyrik, dimana mereka selalu menyeru Ali bin
Abi Thalib di waktu sempit dan lapang, sampai di
Arafah dan saat tawaf dan sa’i, mereka juga
menyeru anak-anak beliau dan imam-imam
mereka seperti yang sering kita dengar dari
mereka, perbuatan ini adalah syirik akbar dan
keluar dari agama Islam yang berhak dihukum
mati atasnya.
Sebagaimana mereka sangat berlebih-lebihan
dalam menyifati Ali, mereka menyifati beliau
dengan sifat-sifat yang tidak layak kecuali hanya
untuk Allah, sebagaimana kita mendengarnya dari
mereka di Arafah, dan mereka disebabkan
perbuatan itu telah murtad, yang mana mereka
telah menjadikannya sebagai Rabb, Sang
Pencipta, dan Yang mengatur Alam, Yang
mengetahui ghaib, yang menguasai kemudaratan
dan manfaat, dan semisal itu.
Dan sebagaimana mereka mencela Al Quran,
mereka mendakwakan bawah para sahabat telah
merubah, menghilangkan dari Al Quran ayat-ayat

yang banyak berhubungan dengan Ahlu Bait dan
musuh-musuh mereka, lalu mereka tidak
berpedoman kepada Al Quran dan mereka tidak
memandangnnya sebagai dalil dan argumen.
Sebagaimana mereka mencela pemuka-pemuka
sahabat, seperti tiga orang khalifah rasyidin, dan
selain mereka dari orang yang diberi kabar
gembira jaminan masuk surga, para umul
mukminin (istri-istri rasulullah), para sahabat
yang terkenal, seperti Anas, Jabir, Abu Hurairah
dan semisalnya, maka mereka tidak menerima
hadits-hadits para sahabat tersebut, karena
mereka itu orang kafir menurut dakwaan mereka,
mereka tidak mengamalkan hadits-hadits di
Bukhari Muslim kecuali yang berasal dari Ahlu
Bait. Mereka bergantung dengan hadits-hadits
palsu atau hadits-hadits yang di dalamnya tidak
ada bukti atas apa yang mereka katakan. Akan
tetapi walaupun demikian, mereka itu adalah
bersikap munafik, maka mereka mengucapkan
dengan lidah mereka apa yang tidak ada pada hati
mereka (yang tidak mereka yakini), mereka
menyembunyikan di diri mereka apa yang tidak
mereka tampakkan kepadamu, mereka berkata :
barangsiapa tidak bersikap Taqiyah (nifaq) maka
tidak ada agama baginya. Maka dakwaan mereka
itu tidak bisa diterima dalam ukhwah
persaudaraan, dan dakwaan mereka akan cinta
syari’at… dan seterusnya. Sikap nifaq adalah
merupakan akidah bagi mereka. Semoga Allah
menjaga (kita) dari kejelekan mereka, semoga

Allah menganugerahkan shalawat dan salam
keada Muhammad, dan keluarga beliau serta para
sahabatnya.
77
******
Fatwa ini keluar dari syeikh setelah dilontarkan kepada beliau suatu soal
77
yang berhubungan dengan sikap bergaul sama orang rafidhah pada tahun
1414 H, dan penyusun ingin menerangkan sekitar apa yang terdengar bahwa
syeikh Abdullah AL Jibrin -semoga Allah melindunginya- beliau seorang yang
mengkafirkan orang-orang Rafidhah, yang benarnya adalah bawah para
imam dari terdahulu sampai belakangan ini mengkafirkan kelompok ini, hal itu
disebabkan karena hujjah telah ditegakkan kepada mereka, dan hilangnya
uzur kebodohan dari mereka. (Insya Allah penerjemah akan membuat edisi
khusus tentang perkataan ulama salaf terhadap rafidhah).

74 of 75-